Putu Eka Jalan Jalan melangkah di batang pohon diantara bebatuan

Air Terjun Blemantung yang disebut juga Blemantung waterfall mengalir dari ketinggian kebun Kopi di daerah yang terkenal sebagai lumbung berasnya Bali yaitu Kabupaten Tabanan. Terletak di Pujungan, Pupuan yang berhawa sejuk, air terjun di Bali ini berjarak sekitar dua jam dari Denpasar yang terkenal sebagai sentra penghasil kopi. Duduk sambil ngopi di air terjun Blemantung kayaknya asyik banget. Sedikit agak berbeda dengan Air Terjun Kroya yang siap menghempaskan nyali kita

Putu Eka Jalan Jalan berada di Air Terjun Blemantung Pujungan Pupuan Bali
Putu Eka Jalan Jalan berada di Air Terjun Blemantung Pujungan Pupuan Bali
Putu Eka Jalan Jalan berada diantara daun kering yang beterbangan
Putu Eka Jalan Jalan berada diantara daun kering yang beterbangan

Putu Eka Jalan Jalan Kali ini memilih untuk menggunakan kendaraan ruda dua yang matic dikarenakan tidak tahu akan medan jalanan yang akan kita lalui. Tinggal gas rem gas rem…. Malah keingetan akan iklan motor…. Dengan berkendara roda dua juga kita lebih gampang untuk parkir. Dengan berbekal ponsel pintar alias smartphone yang dipandu paman gugel, Putu Eka Jalan Jalan berjibaku dengan truck-truck yang melintasi jalan juruan Denpasar Gilimanuk. Siap siap aja muka kayak pake topeng karena disembur sama knalpot mesin diesel para truck.

Paha dan pantat sudah berteriak kesemutan ketika perjalanan menginjak satu jam dari Denpasar. Untuk menghilangkan kesemutan dan mati rasa di pantat, turunlah kita melakunan peregangan alias senam-senam cantik di pinggir jalan. Mungkin para supir truck pada ngetawain kita dengan senamnya yang ala-ala incess. Naik turun cantik…cantik…… Menuju ke Pupuan, Putu Eka Jalan Jalan harus berbelok ke kanan dari jalur Denpasar Gilimanuk, di jalur ini berkurang drastis truck-truck yang bersaing dengan para pemotor. Ditemani dengan hamparan sawah menghijau di kiri kanan jalan yang bikin sejuk dech mata memandang. Sesejuk disiram cintamu tepat di hati yang cemburu. #ups

Daaannnnnnnn…. Ada sesuatu yang langka terjadi di depan mata Putu Eka Jalan Jalan. Odomoter dari kendaraan yang Putu Eka Jalan Jalan pakai menunjukkan angka cantik, angka tiga berderet dari kiri ke kanan. Langka kan kita menjumpai hal yang seperti ini….

Odometer dari Putu Eka Jalan Jalan menunjukkan angka cantik yang jarang kita jumpai
Odometer dari Putu Eka Jalan Jalan menunjukkan angka cantik yang jarang kita jumpai

Jangan lupa cek bahan bakar kendaraan kalian ya teman, Karena kalian hanya akan menemukan satu pompa bensin setelah berbelok ke kanan dari jalur Denpasar Gilimanuk. Disinilan Putu Eka Jalan Jalan menambah isi tangki bahan bakar kami.

Pom bensin satu-satunya yang akan kita temui sebelum Pujungan
Pom bensin satu-satunya yang akan kita temui sebelum Pujungan

Sesuai dengan panduannya mbah Gugel, berbeloklah Putu Eka Jalan Jalan di pertigaan setelah Balai Desa Pekraman Pujungan, searah dengan jalan menuju SMUN 1 Pupuan. Jalanan menanjak menemani mesin motor yang mulai meraung karena beban berat yang ditanggungnya, gerombolan siberat semua yang naik motor. Hahahahha…… Ditingkahi keriuhan anak SMU yang pulang sekolah, berbeloklah kami ke kiri sesuai petunjuk mbah Gugel. Ah jadi teringat masa-masa SMU yang menggemaskan. Memang Putu Eka Jalan Jalan waktu SMU super menggemaskan, menggemaskan buat ditimpuk pake sepatu…hahahahha. ….

Jalanan mulai menyempit dan meliuk turun. Setelah satu belokan menurun ke kanan, mata kami tertumbuk pada sesuatu yang membuat kami tertegun beberapa saat. Kalian tahu apa yang membuat kami tertegun?????

Jawabannya adalah sebuah jembatan dengan kerangka baja tetapi bagian jalannya bukan menggunakan aspal, tetapi menggunakan kayu yang dibaut ke rangka bajanya. Kebayang ya, jaman now begini, dibali masih ada jembatan dengan bagiannya yang masih terbuat dari kayu. Cuma bisa geleng-geleng kepala, memang luar biasa Kabupaten Tabanan ini.

Jembatan dengan rangka baja dan penutup jalan berupa kayu di Pujungan Bali
Jembatan dengan rangka baja dan penutup jalan berupa kayu di Pujungan Bali

Sambil geleng-geleng kepala, Putu Eka Jalan Jalan berusaha memeriksa apakah jembatan ini cukup kuat untuk dilewati kendaraan bermotor. Cukup yakin akan kekuatannya, menyeberanglah sambil bibir komat-kamit berdoa kepada Tuhan agar jembatannya kuat dipakai menyeberang. Dannnnnnn kami bisa menyeberang dengan aman, kendaraan pun mulai meraung menelusuri jalanan yang disebelah kanan dan kiri, bertumpuk dengan rapi jejeran kayu bakar yang siap diangkut ke pasar. Masih ada juga ya orang yang memakai kayu bakar. Dengan adanya kayu bakar tersebut, kemungkinan besar mobilpun bisa melewati jembatan tersebut dengan aman untuk mengangkut kayu bakar tersebut.

Tumpukan kayu bakar ditepi jalan yang siap diangkut untuk dipasarkan
Tumpukan kayu bakar ditepi jalan yang siap diangkut untuk dipasarkan

Mbah Gugel tiba-tiba bersuara bahwa kami sudah tiba ditujuan. Clingak-clinguk kiri kanan, mana Air Terjun Blemantungnya ya? Yang terlihat di sebelah kanan cuma lading penduduk, sebelah kiri lembah dalam yang menghijau. Cek kali cek, lokasi Blemantung berada di sebelah kiri yang notabene berada dilembah. Dan tidak terlihat jalan setapak menuju Blemantung. Fix sudah ini salah jalan…. Dengan sedikit menggerutu, berbaliklah Putu Eka Jalan Jalan kembali ke jalan besar dan menggunakan GPS penduduk sekitar. Ternyata jalan masuk ke Air Terjun Blemantung itu bukan melalui SMU 1 Pupuan tapi masih tetap lurus dari Balai Desa Pekraman Pujungan sekitar 3 km, nanti ada plang penunjuk kearah Blemantung.

Plang penunjuknya mudah ditemukan walaupun sudah agak berkarat. Jalanan yang disemen menyambut roda kendaraan ketika Putu Eka Jalan Jalan mengikuti penunjuk arahnya. Rumah penduduk semakin jarang ketika semakin dalam kita menelusuri jalanan semen. Setelah jalanan semen, berubah menjadi dua jalur yang selebar satu mobil. Dan jalanan pun hanya cukup untuk 1 mobil. Kembali kami bertanya ke penduduk sekitar lokasi Air Terjun Blemantung, ternyata sudah dekat, tinggal mencari jalan naik keatas yang cukup hanya 1 motor.

Papan penunjuk arah menuju Air Terjun Blemantung
Papan penunjuk arah menuju Air Terjun Blemantung
Jalanan semen menuju ke Blemantung
Jalanan semen menuju ke Blemantung
Jalan menuju Blemantung dengan track semen kiri kanan
Jalan menuju Blemantung dengan track semen kiri kanan

Rerimbunan pohon semakin memeluk jalur perjalanan yang semakin menurun dan sampailah kami di jalanan naik ke arah kanan. Menurut penduduk sekitar yang sempat kami Tanya, motor bisa dibawa naik, tapi setelah melakukan survey sedikit, Putu Eka Jalan Jalan memutuskan untuk berjalan kaki saja. Selain untuk meregangkan pantat yang sudah kesemutan, juga untuk merasakan kesegaran udara yang jauh dari polusi.

Jalanan berdebu mengarah ke arah kanan
Jalanan berdebu mengarah ke arah kanan
Lokasi Putu Eka Jalan Jalan memarkir kendaraan di tepi jalan
Lokasi Putu Eka Jalan Jalan memarkir kendaraan di tepi jalan
Jalan kecil menanjak menuju Blemantung dengan pegangan dari besi
Jalan kecil menanjak menuju Blemantung dengan pegangan dari besi
Tumpukan daun kering di tepian jalan
Tumpukan daun kering di tepian jalan

Melangkah kecil menaiki jalanan yang cukup miring sambil menenteng senjata utama yaitu kamera. Maklum gerombolan narsis. Nyahahahhaa…… Tanaman Kopi menyapa kami dari kiri kanan jalan setapak dengan tanaman gamal yang membatasi. Jalanan tanah dengan tumpukan debunya pun tidak lupa menyapa kami. Debunya tebaaaalllll…..bisa dilihat juga lapisan debu tebal di dedaunan Kopi. Membuat kami harus melangkahkan kaki dengan pelan dan lembut agar debu tidak beterbangan. Bisa dibayangkan kalau kita berlarian, debu-debu akan membubung dengan riangnya. Sejauh mata memandang hanya ada kebun kopi ditingkahi pohon pohon besar serta bangunan yang kemungkinan dipakai oleh pemilik kebun kopi untuk beristirahat. Tumbuhan liar juga menyapa dengan bunganya yang berwarna-warni ditengah-tengah coklatnya debu dan hijaunya tanaman Kopi.

Jalanan setapak menuju Blemantung yang berdebu
Jalanan setapak menuju Blemantung yang berdebu
Tumpukan debu dijalan setapak yang dilalui Putu Eka Jalan Jalan
Tumpukan debu dijalan setapak yang dilalui Putu Eka Jalan Jalan
Putu Eka Jalan Jalan melangkah dijalan berdebu
Putu Eka Jalan Jalan melangkah dijalan berdebu
Deretan pohon Kopi dipadu dengan pohon Gamal dikiri kanan jalan
Deretan pohon Kopi dipadu dengan pohon Gamal dikiri kanan jalan
Daun pohon Kopi yang tertutup debu yang beterbangan
Daun pohon Kopi yang tertutup debu yang beterbangan
Kaki Putu Eka Jalan Jalan melangkah di jalan berdebu
Kaki Putu Eka Jalan Jalan melangkah di jalan berdebu
Bangunan disela-sela pohon kopi yang dipergunakan untuk beristirahat bagi pemilik kebun
Bangunan disela-sela pohon kopi yang dipergunakan untuk beristirahat bagi pemilik kebun
Tanaman liar dengan bunganya berwarna cerah
Tanaman liar dengan bunganya berwarna cerah
Jalan setapak diantara tanaman kopi yang menghijau
Jalan setapak diantara tanaman kopi yang menghijau
Putu Eka Jalan Jalan dibawah tanaman berwarna merah
Putu Eka Jalan Jalan dibawah tanaman berwarna merah

Setelah berjalan naik dan turun selama 20 menit, masuklah kami ke area dengan pohon tinggi serta lapisan daun yang jatuh yang cukup tebal, berasa melangkah diatas karpet dari dedaunan. Asyik kayaknya berjalan di tengah pohon-pohon tinggi dengan angin bertiup yang menjatuhkan dedaunan kering ….. Berasa dimana gituuu….. Berasa musim gugur di negara Eropa.

Putu Eka Jalan Jalan berada ditengah pepohonan dengan daun kering
Putu Eka Jalan Jalan berada ditengah pepohonan dengan daun kering
Tumpukan daun kering dijalan menuju Air Terjun Blemantung
Tumpukan daun kering dijalan menuju Air Terjun Blemantung
Daun kering yang beterbangan serasa Eropa di musim gugur
Daun kering yang beterbangan serasa Eropa di musim gugur

Diujung jalan terdapat pura yang sedang dipugar, dibelakangnya, Air Terjun Blemantung mengintip malu dari celah pepohonan. Kamipun pun memutar kea rah kiri karena kita tidak bisa melewati pura untuk sampe ke dasar air terjun.

Bangunan pura diujung jalan sebelum Blemantung
Bangunan pura diujung jalan sebelum Blemantung
Bangunan pura yang sedang dipugar
Bangunan pura yang sedang dipugar

Pepohonan yang tumbang sehabis di gergaji dengan dedaunan kering menyambut kami di dasar air terjun. Dikarenakan ada pemugaran pura, maka beberapa pohon ditebang sehingga membuat daerah di sekitar dasar air terjun Nampak kurang rapi dan bersih. Nampak pula bekas kayu yang dibakar disebelah pura.

Pohon tumbang setelah digergaji dalam rangka pemugaran pura
Pohon tumbang setelah digergaji dalam rangka pemugaran pura
Pohon yang tumbang menutup aliran air Blemantung
Pohon yang tumbang menutup aliran air Blemantung

Air Terjun Blemantung berada di antara tebing tinggi sekitar 50 meter. Dengan kehijauan yang menutupi tebing, aliran airnya jatuh tidak terlalu deras ke bebatuan yang berada didasar air terjun. Cekungan penampung air pun tidak terlalu dalam, tidak terlalu cocok untuk berenang, tapi pas sekali untuk berendam ataupun sekedar mendinginkan kaki yang capek melangkah dari tempat kita parkir kendaraan. Waktu yang pas untuk berkunjung ke Air Terjun Blemantung adalah di sore hari untuk mendapatkan cahaya yang menyinari air terjun, dikarenakan air terjun menghadap ke barat.

Air Terjun Blemantung Pujungan Pupuan Tabanan Bali
Air Terjun Blemantung Pujungan Pupuan Tabanan Bali
Air Terjun Blemantung dengan tebing kehijauan ditutupi tumbuhan
Air Terjun Blemantung dengan tebing kehijauan ditutupi tumbuhan
Cerukan air di dasar air terjun
Cerukan air di dasar air terjun
Putu Eka Jalan Jalan melangkah di batang pohon diantara bebatuan
Putu Eka Jalan Jalan melangkah di batang pohon diantara bebatuan
Putu Eka Jalan Jalan melangkah diantara bebatuan
Putu Eka Jalan Jalan melangkah diantara bebatuan
Putu Eka Jalan Jalan berada di Blemantung
Putu Eka Jalan Jalan berada di Blemantung

Air Terjun Blemantung sendiri tidak terlalu banyak pengunjung, pada saat Putu Eka Jalan Jalan berada disana, hanya ada 5 pengunjung lain yang datang setelah kami. Itupun mayoritas wisatawan mancanegara. Lokasinya yang cukup jauh dari Denpasar mungkin yang membuat tidak banyak orang yang berkunjung. Yang berkunjungpun hanyalah orang-orang yang ingin mencari air terjun yang suasananya tenang.

Para wisatawan mancanegara yang mengunjungi Blemantung
Para wisatawan mancanegara yang mengunjungi Blemantung

Duduk diatas bebatuan didasar air terjun sambil menyeruput minuman dingin yang kami bawa serta merasakan ketenangan dan suara gemericik dari air terjun serta gemerisik dari dari angin yang membelai dedaunan cukup untuk melepaskan stress.  Jikalau anda pelaku yoga, air terjun ini sepertinya cocok untuk melakukan yoga ataupun meditasi karena suasanya yang tenang. Karena ketenangannya, Putu Eka Jalan Jalan pun sampe terkantuk-kantuk dibelai angin semilir.

Putu Eka Jalan Jalan duduk diatas batu menikmati suasana Blemantung
Putu Eka Jalan Jalan duduk diatas batu menikmati suasana Blemantung
Aliran air menuju ke hilir dari Blemantung
Aliran air menuju ke hilir dari Blemantung

2 Comments

    1. Salam kenal juga kak Surya. Aslinya memang sejuk kak disana, sayang pas jalan-jalan ke air terjun blemantung sedang pas musim kering jadi udara agak panas terasa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *