Air Terjun Gong Batu Lantang dengan Putu Eka Jalan Jalan berada didepannya

Air Terjun Gong Batu Lantang yang dikenal juga dengan Gong Waterfall Batu Lantang dengan rasa tenang dan damai ketika ketika duduk dan memandang kearah air terjunnya. Berada di ketinggian  Desa Sulangai Petang Kabupaten Badung, tempat wisata di Bali ini menawarkan hawa kesejukan alami yang sudah jarang kita dapatkan serta cerita Gong yang dikeramatkan.

Air Terjun Gong Batu Lantang dengan Putu Eka Jalan Jalan berada didepannya
Air Terjun Gong Batu Lantang dengan Putu Eka Jalan Jalan berada didepannya
Bermain air di Air Terjun Gong Batu Lantang
Bermain air di Air Terjun Gong Batu Lantang

Perjalanan ke Air Terjun Gong Batu Lantang berawal dari celotehan bersama pemilik warung D’Bishe, beliau bercerita mengantarkan wisatawan mancanegara setiap hari ke Air Terjun Gong pada saat pandemi belum menyerang seperti sekarang. Tertariklah Putu Eka Jalan Jalan untuk mengunjungi air terjun ini. Jadi penasaran, para bidadari sudah turun ke bumi lagi kah karena sebelumnya masih lock down di kahyangan Apakah Buaya Konyol masih di lock down dalam hatinya para bidadari? Siapa yang tahu?

Nah penasaran kan gimana perjalanan menuju kesana? Perjalanan dari arah Denpasar  kearah utara menuju Sulangai Petang sebanrnya mulus-mulus aja karena sepanjang jalan kita hanya akan menemui jalan aspal, memang tidak super mulus, cukuplah untuk tidak membangunkan Buaya Konyol yang tidur sambil ngiler di mobil.

Patokan pertama sebelum menuju air terjun adalah Warung D’Bishe. Warung estetik ini berada di di Sulangai sebelah kiri dari arah Denpasar. Kemudia melajulah sampai ketemu lapangan bola di sebelah kanan jalan. Lapangan hatinya Buaya Konyol lebih luas dari lapangan bola untuk menampung senyum manis para bidadari lho….

Masuklah dan parkir di tepian lapangan bola, keluarkan segala perbekalan, kalau belum bawa perbekalan disarankan untuk balik dan berbelanja di warung D’Bishe. Disana akan ada jalan setapak menuju ke utara membelah perkebunan coklat para warga.

Berjalan menyelusuri jalan setapak menembus kebun coklat
Berjalan menyelusuri jalan setapak menembus kebun coklat

Tapi kok baru melangkah beberapa langkah, seperti ada yang memandangi ya? Menoleh kebelakang pun tidak ada siapa-siapa. Putu Eka Jalan Jalan pun melangkah kembali, tapi tetap saja berasa ada yang memandangi. Setelah menoleh ke berbagai arah, ternyata yang memandangi bukan bidadari, tapi ternyata anak sapi di kandang sapi yang kami lewati. Hahahahahha…..

Anak Sapi sedang memandang Putu Eka Jalan Jalan
Anak Sapi sedang memandang Putu Eka Jalan Jalan

Tidak disangka, kami bertemu dengan pemilik kandang sapi yang bertanya mau kemana? Dengan serempak seperti orang koor, kami menjawab mau ke Air Terjun Gong Batu Lantang. Bapak pemilik memberitahu agar ketika jam 12 siang tidak berada di Air Terjun Gong karena dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Jadi disarankan berkunjung kesana pagi dan meninggalkan air terjun sebelum jam 12 atau berkunjung kesana setelah jam 12 siang. Kalau menurut Putu Eka Jalan Jalan mending kesana setelah jam 12 sich, lebih santai tidak terasa untuk diburu-buru jadinya.

Banyak buah coklat bergelantungan dengan buahnya yang sebentar lagi masak. Penyuka coklat pasti ngiler ketika melihat buah coklat yang sudah mau matang. Sifat kebinatangan Putu Eka Jalan Jalan pun terbangun, jadilah pengen gelantungan di pohon kayak monyet lagi memetik buah di pohon. Sudah cukup malu-maluin belum?

Buah Coklat bergantungan di pohonnya
Buah Coklat bergantungan di pohonnya
Putu Eka Jalan Jalan tersenyum gembira melihat buah Coklat yang bergantungan
Putu Eka Jalan Jalan tersenyum gembira melihat buah Coklat yang bergantungan
Seorang buaya bergelantungan seperti monyet di pohon Coklat
Seorang buaya bergelantungan seperti monyet di pohon Coklat

Nah perjalanan akan mulai menantang, setelah kontur jalanan yang kita lewati itu datar-datar saja, sekarang kita menurun agak curam, ketika hujan kita mungkin harus merangkak untuk turun. Terus turun dan kita akan menemui pertigaan, ambillah jalan menuju ke kiri. Disini juga ada mata memandang langkah kami dari arah kandang, yaitu para sapi yang tersepona melihat kami berjalan. Wekekkeke….

Jalan setapak membelah kumpulan tanaman Coklat
Jalan setapak membelah kumpulan tanaman Coklat
Jalan menurun yang agak curam
Jalan menurun yang agak curam
Kandang sapi di sepanjang jalan
Kandang sapi di sepanjang jalan

Kita akan menyusuri saluran irigasi yang konon katanya sudah dibuat dari zaman Belanda. Serta banyak tanaman Talas tumbuh disepanjang jalan. Penyuka talas coba angkat tangannyaaaaaaa??

Saluran irigasi dari zaman Belanda
Saluran irigasi dari zaman Belanda
Putu Eka Jalan Jalan berdiri di belokan jalan setapak
Putu Eka Jalan Jalan berdiri di belokan jalan setapak
Daun Talas yang tumbuh sepanjang jalan
Daun Talas yang tumbuh sepanjang jalan

Tidak berapa lama kita akan menemukan jalan kecil menurun kearah rumah penduduk dengan papan penunjuk arahnya. Kita harus melewati rumah penduduk yang merupakan milik bapak Putu Wirnata. Bapak Putu menyapa kami dengan ramah ketika kami permisi melewati rumahnya.

Papan penunjuk arah menuju Air Terjun Gong Batu Lantang
Papan penunjuk arah menuju Air Terjun Gong Batu Lantang
Jalan menuju air terjun melalui rumah dan kandang sapi warga
Jalan menuju air terjun melalui rumah dan kandang sapi warga

Berbincang sebentar, pak Putu pun bercerita soal Air Terjun Gong Batu Lantang yang dikeramatkan karena ditemukannya Gong yang sekarang dikeramatkan dan diletakkan di Desa. Juga kadang terdengar suara Gong dari Air Terjunnya pada hari-hari tertentu. Bali yang penasaran cerita lebih lengkapnya, langsung saja meluncur kesini dan bertemu dengan pak Putu. Dirumahnya ini ada dapur terbuka tradisional yang masih menggunakan kayu bakar yang biasanya difungsikan untuk mengajak wisatawan mancanegara untuk membakar dan mencicipi Ubi Talas yang dibakar.

Pak Putu pun dengan ramah mengantarkan kami berjalan kebawah menuju ke Air Terjun Gong melewati undagan yang dibangunnya melewati kebunnya beliau. Di kebunnya nampak beliau sedang menjemur buah coklat yang barusan dipetik oleh bapak Putu. Bagi penyuka Talas dan Coklat, bantulah pak Putu dengan membeli sedikit dari hasil bumi yang beliau punya. Pembelian yang walaupun sedikit pasti membantu perekonomian pak Putu.

Jalan setapak menuju air terjun ditengah rimbun kehijauan
Jalan setapak menuju air terjun ditengah rimbun kehijauan
Jalan setapak menurun yang mulai curam
Jalan setapak menurun yang mulai curam
Menuruni undagan menuju Air Terjun Gong Batu Lantang
Menuruni undagan menuju Air Terjun Gong Batu Lantang
Biji Coklat yang sedang dijemur
Biji Coklat yang sedang dijemur

Didekat Air Terjun Gong nampak didirikan bangunan menggunakan potongan bambu yang rencananya mau dijadikan warung oleh pak Putu. Mampir ya nanti teman-teman.

Putu Eka Jalan Jalan berada ditengah hijaunya tumbuhan
Putu Eka Jalan Jalan berada ditengah hijaunya tumbuhan
Bangunan dari bambu yang dipersiapkan sebagai warung
Bangunan dari bambu yang dipersiapkan sebagai warung

Perlahan Air Terjun Gong menyeruak dari balik pohon bambu disebelah kiri jalan setapak yang Putu Eka Jalan Jalan jalani dengan santai. Perasaan tenang menyeruak ke kalbu tanpa ada kekhawatiran seram karena tempat ini menurut warga itu dikeramatkan. Tapi tetap jaga dan kelakuan kita ya teman-teman.

Putu Eka Jalan Jalan sampai di Air Terjun Gong Batu Lantang
Putu Eka Jalan Jalan sampai di Air Terjun Gong Batu Lantang

Air Terjun Gong Batu Lantang ini berada di tebing melengkung yang tegak 90 derajat menghadap kearah barat. Dengan tinggi berkisar 25 meter. Kolam dibawahnya tidak terlalu dalam, dan oleh warga bebatuan kecil dikumpulkan dan dimasukkan ke karung kecil untuk sedikit membendung aliran air sehingga mirip seperti kolam.

Putu Eka Jalan Jalan duduk diatas batu di depan Air Terjun Gong Batu Lantang
Putu Eka Jalan Jalan duduk diatas batu di depan Air Terjun Gong Batu Lantang
Berdiri di tepian kolam air terjun
Berdiri di tepian kolam air terjun
Batu-batu kecil dimasukkan ke dalam karung plastik untuk membendung air
Batu-batu kecil dimasukkan ke dalam karung plastik untuk membendung air

Airnya segar cenderung dingin, pas banget buat kita berendam meredakan panas badan yang kita hasilkan setelah berjalan sekitar 20 menit dari lapangan bola tempat kita parkir kendaraan. Untung ikannya ndak ada yang pingsan cium keringatnya kita

Bermain air di air terjun
Bermain air di air terjun
Mengapung di tengah kolam Air Terjun Gong Batu Lantang
Mengapung di tengah kolam Air Terjun Gong Batu Lantang

Nah ditengah aliran air yang mengalir ke hilir, ada bagian yang cukup tinggi yang ditempatkan tempat duduk yang terbuat dari kayu gelondongan, pas banget duduk sambil memandang kearah Air Terjun Gong menikmati indahnya air terjun. Bisa juga duduk ditanah sambil bersandar ke gelondongan kayu yang lumayan besar. Sambil menunggu para bidadari yang turun dari kahyangan juga pas banget.

Duduk memandang kearah air terjun
Duduk memandang kearah air terjun
Duduk dibawah bersantai sambil menikmati suara alam di Air Terjun Gong Batu Lantang
Duduk dibawah bersantai sambil menikmati suara alam di Air Terjun Gong Batu Lantang

Dua jam pun berlalu, Putu Eka Jalan Jalan dari duduk manis menikmati Air Terjun Gong , berphoto ria narsis ala-ala, berbasah-basah ria berendam, nyemilin makanan yang dibawa sampai balik lagi duduk manis, tetap saja para bidadari masih belum turun dari Kahyangan, sepertinya di kahyangan masih lock down, belum ada bidadari yang mandi ke Air Terjun Gong Batu Lantang.

Dengan lantah gontai Putu Eka Jalan Jalan beranjak pulang sambil sedih tidak bertemu Bidadari. Tidak lupa membeli sekarung Talas ke Pak Putu. Dan bodohnya sok kuat manggul sekarung Talas. Belum juga 500 meter udah ngos-ngosan manggul sekarung Talas. Tolonggggggg…..!!! Perjalanan masih panjang dan menanjak menuju lapangan bola tempat kami parkir

Waktu terbaik mengunjungi Air Terjun Gong Batu Lantang

Setelah jam 12 siang

Berapa tinggi air terjunnya?

Sekitar 25 meter

8 Comments

  1. Banyak juga mas cerita perjalanan menuju air terjun ini mas seperti pohon coklat dan sapi, jadi dapat sedikit gambaran kegiatan penduduk disana mas..

  2. Keren, Bli.. Berarti air Terjun Gong Batu Lantang ini lokasinya bukan kayak tempat-tempat wisata berbayar ya? Masih asri banget..

    Talas goreng enak, teman minum kopi.. ^_^

    1. Belum berbayar kak sampai sekarang, masih nyaman banget buat jalan-jalan kesini.
      Wah ternyata penyuka talas juga kak

  3. Talas enak digoreng, Bli, dikasih tepung sedikit atau digoreng langsung juga enak. Sebelumnya direndam dulu dalam air yang dibumbui garam, bawang putih & ketumbar Kalau ada yang ke bogor atau pas kakak ipar dari Purwakarta main ke Jakarta pasti dia bawa talas, saya suka minta disisakan satu sama ayah.. Hehehe

    1. Talas digoreng ataupun direbus sama-sama enak bagi saya kak.
      Yah kok cuma disisain satu kak? sisainnnya sekalian satu keranjang donk. wekekekke

  4. Serasa milik sendiri ya air terjunnya. Sepi… tapi seru nih yg begini. Kalo rame biasanya ada yg usil buang sampah sembarangan -____- tangan-tangan jahil. Eh iya, kenapa emangnya kalo jam 12 masih ada di air terjun? Bapaknya gak bilang? Seru nih biasanya ceritanya.. wkwkkwk. Selalu tertarik kalo soal cerita tempat-tempat keramat😅 atau cerita legenda daerah. Denger ceritanya langsung dari warga lokal lebih asik, sambil makan pisang goreng, minum cokelat panas. Bistu ketiduran wkwkwkk

    1. Sudah serasa milik pribadi kak, sepiii tanpa ada pengunjung lain.
      Hahahah penasaran ya ada cerita apa pada saat jam 12 siang, langsung kesana aja kak berkunjung, langsung mendengarkan cerita dari penduduk setempat 😁😁😁

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *