Air Terjun Tibumana dengan Putu Eka Jalan Jalan sedang berdiri diatas pohon kering

Air Terjun Tibumana atau Tibumana Waterfall merupakan mutiara wisata air terjun yang mulai mengalahkan pamor wisata pantai di Bali. Tidak hanya memberikan air terjun yang super asri dilingkupi kehijauan, Tibumana juga dilingkupi ramah tamah masyarakat Bali.

Perjalanan jalan-jalan exotica sebelumnya berasa agak mendebarkan bagi banyak karena berwisata Kuburan ke Trunyan (syereeeemmm….), nah sekarang enaknya loncat-loncat menuju wisata basah-basahan di air terjun ke daerah Susut Kabupaten Bangli yang bernama Air Terjun Tibumana.

Berhubung kita jalan-jalan exotica menuju air terjun di Bali bernama Tibumana yang diselimuti rimbunnya pepohonan dengan dedaunan yang menghijau, Putu Eka Jalan Jalan menimbang serta memutuskan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ( berasa baca teks proklamasi) untuk berangkat agak lebih  siang agar photo-photo narsis bin malu-maluinnya menjadi cetar membahana se-Indonesia Raya tercinta ini. . Hahahahha… #narsis #modeon #malumaluinmodeon . Putu Eka Jalan Jalan memulai perjalanan pukul jam 8.30 pagi, abis sarapan tepatnya. Dengan mata yang cling bersinar cemerlang karena terlalu excited. Dianjurkan berangkat sama akyu, eh maksudnya menggunakan sarana transportasi roda dua atau sepeda motor untuk lebih menyingkat waktu sampai disana dibandingkan dengan menggunakan tenaga kaki alias ngesot atau  mobil diakibatkan bali sudah bercinta dengan kemacetan. Barangkali efek si komo ibu kota yang sudah tidak ramah lagi #eh maksudnya pindah kota

Durasi perjalanan pun tidak terlalu lama, sekitar 1,5 jam dari Kuta, masih lebih lama berjalan menuju hatimu yang terdalam #eh , melewati jalanan sempit khas pedesaan yang asri serta bapak ibu petani yang super ramah menyapa Putu Eka Jalan Jalan ketika kami berpapasan dengan mereka. Dengan keceriaan yang tanpa dibuat-buat dengan keramahan yang khas mereka memberi tahu Putu Eka Jalan Jalan lokasi mencapai Air Terjun Tibumana.

Shocckkk….Begitu kendaraan yang Putu Eka Jalan Jalan mencapai ujung jalan desa, Putu Eka Jalan Jalan sempat tolah-toleh sambil clingak-clinguk sebentar, loh kok jalannya berujung di pura Dalem dan bukan air terjun Tibumana. Di tengah kebingungan yang melanda kalbu ada ibu yang ramah buangeetttt yang sedang bekerja disawah membersihkan gulma memberitahu kalo jalan menuju air terjunnya melewati sisi pura, jadi kita tidak salah. Soal parkir pasti jadi pikiran juga kannnn…parkirnya pun disarankan dijalan didepan pura Dalem saja.

Tas-tas pun dikeluarkan, apalagi tas untuk ransum merupakan prioritas utama serta tripod pun tidak lupa Putu Eka Jalan Jalan keluarkan biar bisa narsis basah di air terjun. Dasar hobby narsis akut Putu Eka Jalan Jalan. #pletak #disambitsendal. Berjalan menyusuri tepian luar pura kearah kanan, terlihatlah bangunan kecil loket karcis masuk air terjun Tibumana. Loketnya pun dibangun ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti atap menggunakan alang-alang, dindingnya pun masih menggunakan bahan alam seperti anyaman bedeg dari babmbu serta menggunakan penyejuk udara alias AC alami alias angin cepoi-cepoi bikin ngantuk, jadi mau bobo di pangkuanmu #uhuk. Bapak penjaga loket yang sudah berumur menyambut kami dengan super ramah serta memberitahu kami harga tiketnya. Tiketnya murah saja, cukup dengan uang sebesar 5 ribu rupiah kami sudah bisa melanjutkan langkah kaki kami dalam perjalanan menuju air terjun. Bapak penjaga loket juga berkata mengingatkan dengan ramah agar berhati-hati dalam melangkah karena jalanan yang sudah disemen agak licin karena tadi paginya sempat diguyur hujan sebentar. Alangkah lebih baiknya kalau memakai alas kaki yang anti slip. Jalanan turun menuju air terjun sudah disemen ya kawan. Hijaunya daun tumbuhan pakis dan lumut dikanan kiri jalan menemani melangkah turun menuju lembah yang menghijau tempat berlokasinya Air Terjun Tibumana.

Perjalanan dari loket tiket hanya jalanan menurun landai, jadi kita bisa menggelinding santai. Di penghujung jalan akan ada persimpangan menyambut kita. Nah, Putu Eka Jalan Jalan mengambil jalan yang ke kiri menuju Air Terjun Tibumana sesuai dengan yang ditunjukkan oleh papan penunjuk arah. Satu hal yang mungkin merupakan mukjizat dan menyenangkan bagi yang tidak terbiasa berjalan jauh adalah sedikitnya jumlah tangga yang harus kami lalui. Serius tidak banyak, hanya kisaran 20an anak tangga. Jadi tidak akan menyiksa otot kaki. Di lembah bawah, diujung anak tangga sudah ada gazebo yang memanggil-manggil kami apabila ingin duduk sebentar merasakan segarnya udara pedesaan.

Melangkah dari gazebo, Putu Eka Jalan Jalan akan melewati dua buah jembatan yang terbuat dari dari bahan alam yaitu kayu dan bambu. Bersyukurrrr banget pengelola tidak membangun jembatan dari beton sehingga tidak akan mengganggu keindahan alam dari jalanan menuju  Air Terjun Tibumana. Jembatannya pun cukup exotic seperti akyu untuk dipakai bernarsis ria. Ditemani suara gemericik aliran air mengalir serta lengkungan-lengkungan dari pohon bambu yang menaungi kami, mencoba menghalau matahari demi nyamannya kami, jungkir baliklah Putu Eka Jalan Jalan dijembatan tersebut. Hari ini Putu Eka Jalan Jalan memakai topi tradisional Indonesia dari anyaman daun pandan, ditemani dengan baju merah manjah merona disertai kain merah. Meriah bikin ceria kan warnanya…

Suara bergemuruh air terjun Tibumana sudah terdengar menggelitik telinga Putu Eka Jalan Jalan dari jembatan kayu, memang sudah tidak terlalu jauh, hanya sepelemparan kolor aja untuk mencapai air terjun, nah kolornya siapa itu kelempar? Ketika sedang jungkir balik narsis, ada ibu paruh baya warga sekitar yang melangkah melintas menuju air terjun untuk melakukan persembahyangan rutin setiap hari. Ibu made dengan ramahnya menyapa kami, kami pun memutuskan mengikuti beliau mengekor  menuju air terjun. Kami suka dengan suasana alami jalan tanah yang belum di semen ketika menuju air terjun.

Belokan dengan undak-undakan dari pohon bambu yang dipasang dan dipancangkan ke tanah menandai sampainya Putu Eka Jalan Jalan di air terjun Tibumana. Saat itu, cahaya sang surya dengan manisnya serta sedikit malu-malu kucing menembus melalui celah-celah dedaunan hijau diatas air terjun. Arealnya rapi, asri dan bersih, yang paling penting entah kenapa hanya kami saja yang berada disana saat itu. Serasa punya kebun yang menghijau lengkap dengan air terjun.

Ibu Made dengan khusyuk melakukan persembayangan memohon agar para pengunjung selalu aman ketika bercengkrama dengan alam di kawasan Air Terjun Tibumana. Ditemani bau dupa harum cendana yang menguar di udara yang menarik para bidadari untuk turun dan bercengkrama di bumi ( eh bangunnnn woyyyyy….kagak ada bidadari, adanya bidadara one pack), seiring ibu Made melakukan persembahyangan, kami menaruh barang bawaan kami yang lumayan banyak ternyata di gazebo disebelah belokan tadi. Ahaaaaaa….ada ban gede ( tidak segede perutku sich) dibawah gazebo yang bisa kami pakai untuk mengapung manjahhh…. di air terjun. Harusnya kami bawa bebek-bebekan kuning biar teringat masa kecil, atau bawa Unicorn biar tambah hensem. Hahahahahahaha….

Air terjun Tibumana berada di lembah dengan tebing yang melengkung hampir setengah lingkaran, dengan tinggi tebing kisaran 4-5 meter. Di tebingnya sendiri penuh dengan tumbuhan hijau seperti pakis, lumut, serta tumbuhan hijau lainnya. Membuat udara berasa sejuk dan super segar sekali. Memanjakan paru-paru Putu Eka Jalan Jalan yang terbiasa terpolusi dengan udara kotor di perkotaan.

Air terjun Tibumana merupakan air terjun di Bali dengan satu aliran air yang terjun bebas ke kolam di bawahnya. Kolam dibawahnya  tidak terlalu dalam dengan warna kolam berwarna hijau tosca. Airnya bener bener menyegarkan terasa ketika Putu Eka Jalan Jalan mencelupkan kaki kami. Kolam dibawah air terjun sendiri merupakan kolam dengan dasar berpasir coklat, jadi tidak sakit di telapak kaki kita.

Bagi yang ingin berenang atau mengambang manjah di atas air, jangan lupa mengambil ban besar yang berada dibawah gazebo, ada tiga buah ban besar dan kecil yang disediakan pengelola untuk pengunjung gunakan sepuasnya. Lumayan untuk mengapung santai di seputaran jatuhnya air terjun sambil melihat kehijauan tanaman hijau.

Berawal ketika Putu Eka Jalan Jalan sampai di air terjun Tibumana, mata kami tidak bisa lepas dari kayu kering yang berdiri agak miring di depan gazebo. Sepertinya itu merupakan tempat narsis yang oke apabila kita bisa berhasil mencapai ujungnya. Sebelumnya sudah ada traveler dari mancanegara yang berusaha menaiki kayu kering tersebut dengan kesusahan dan berbagai macam gaya memanjat. Berbagai macam gaya dia gunakan untuk menaiki kayu kering tersebut, dari gaya cicak, gaya monyet (langsung ngebayangin kannnnnn…) Ketika datang giliran Putu Eka Jalan Jalan, dengan semangat pantang mundur Putu Eka Jalan Jalan berusaha menaikinya, tapi memang benar tidak segampang yang dibayangkan apalagi membalikkan tangan, butuh kehati-hatian yang teramat sangat agar tidak nyungsep dengan muka ke tanah. Horeeeeeee…. Putu Eka Jalan Jalan berhasilllll….. Selamat terpana melihat atraksi  narsis Putu Eka Jalan Jalan diatas pohon kering air terjun Tibumana.

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat rasanya ketika menikmati ketenangan yang ditawarkan air terjun Tibumana. Mulut juga tidak berhenti mengunyah bekal makanan yang dibawa sambil gelar tikar, jadi berasa piknik. Selain tidak banyak traveler yang mengunjungi, air terjun Tibumana juga termasuk kawasan air terjun yang teduh karena banyaknya pepohonan hijau yang menaungi dari sinar sang surya.

Asyik leyeh-leyeh menikmati ketenangan air terjun Tibumana, ada suara yang mengusik keheningan, yaitu suara krucuk-krucuk dari arah perut sexy Putu Eka Jalan Jalan. Cacing di perut pun sudah mulai melakukan unjuk rasa minta makan. Dasar perut karung sudah minta diisi kembali. Dengan sangat berat hati, kami mulai merapikan tas-tas yang berserakan serta melangkahkan kaki gontai meninggalkan ketenangan dan kesejukan dari air terjun Tibumana. Keramahan, keasrian dan ketenangan alam yang kau tawarkan akan selalu terpatri di dalam kenangan manis kami.

Update 27 Februari 2020 :

Air Terjun Tibumana di tahun 2020 cukup memberikan gebrakan, paling terlihat dengan naiknya tiket masuk menjadi 10 ribu rupiah. Perubahan juga dibuatkan lokasi tempat parkir untuk mobil, sedangkan motor masih belum ada perubahan, masih parkir didepan pura. Selain itu bertambahnya satu restoran dan tempat swing alias berayun-ayun. Selain itu sekarang dikenakan biaya tambahan untuk photo couple, liburan dengan menggunakan kamera professional. Prewedding atau engagement juga kena biaya tambahan. Apabila ingin melakukan blessing atau wedding, Air Terjun Tibumana juga sekarang memungkinkan untuk dilakukan disana.

Akan tetapi perubahan-perubahan positif tersebut ternyata belum dibarengi dengan dihargainya karya photo dari Putu Eka Jalan Jalan yang digunakan dalam penunjuk jalan menuju air terjun tanpa seijin dari Putu Eka Jalan Jalan.

22 Comments

    1. Sudah duluan wisatawan mancanegara yang tau duluan kak, kita-kita yang lokalan malah belakangan ada air terjun indah begini. hahahaha

  1. Sepi gini air terjunnya.. Enak banget nih buat yoga..

    Itu batang pohon emang keliatan susah dipanjat sih, tapi begitu udah sampe di ujungnya, mantap hasil jepretannya kece..

    -Traveler Paruh Waktu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *