Putu Eka Jalan Jalan berjalan-jalan ke Anjungan Tukad Melangit

Anjungan Tukad Melangit bikin kita merasakan sensasi diketinggian lembah Melangit Bangli yang bisa membuat kaki gemeteran bagi yang phobia ketinggian. Berlokasi di Banjar Antugan Desa Jehem, Kabupaten Bangli, Bali membuat kita harus menghabiskan waktu yang agak lama kalau kita bertolak dari Kuta Bali. Waktunya 11-12 lah jikalau kita mengunjungi Padang Bunga Kasna. Siap untuk gemeteran kakinya?

Putu Eka Jalan Jalan berjalan-jalan ke Anjungan Tukad Melangit
Putu Eka Jalan Jalan berjalan-jalan ke Anjungan Tukad Melangit
Meloncat di ketinggian Anjungan Tukad Melangit bersama Putu Eka Jalan Jalan
Meloncat di ketinggian Anjungan Tukad Melangit bersama Putu Eka Jalan Jalan

Jalan-jalan kali ini berawal pagi-pagi buta dikarenakan kita ingin mencicipi semacam nasi djinggo yang bukanya dari dinihari, catat ya dari dinihari. Mereka berjualan dirumah, tidak membuka kios seperti orang yang jual nasi kebanyakan. Dan rame banget yang ngantri. Mempercepat proses kita bungkus saja nasinya dan nanti kita makan ditepi jalan saja.

Semburat merah di ufuk timur menemani kami membelah jalan menuju Anjungan Tukad Melangit. Berjalan tenang dan santai sambil menikmati lukisan Sang Pencipta. Hanya terdengar suara deru kendaraan yang menemani. Tiba-tiba ddduuuuutttttttt……. Ada suara familiar yang memecah ketenangan pagi….disertai dengan bau yang bisa bikin pingsan. Ada yang buang angin yang membuyarkan lamunan. Langsung kita menepi dan turun agar tidak pingsan didalam mobil. Jendela pun dibuka lebar-lebar agar gas pembuat sesak nafas terbang keluar. Tersangka penghasil gas cuma bisa nyengir saja, bikin kita nggak bisa marah. Hahahahah….

Kami melanjutkan perjalanan kembali setelah kabin sudah terisi dengan udara segar tanpa kontaminasi. Perjalanan berjalan mulus tanpa hambatan yang berarti. Kali ini kami menggunakan google maps sebagai penunjuk jalan untuk mencapai Anjungan Tukad Melangit. Sekitar 1 km sebelum mencapai lokasi, hilanglah sinyal dari operator telekomunikasi yang kami pakai. Berasa seperti terlempar ke zaman batu karena lokasi tidak terjangkau sinyal telepon.

Tampak papan penunjuk dikanan jalan menandakan bahwa kami sudah sampai di Anjungan Tukad Melangit. Dari papan tersebut kami sudah bisa membayangkan bagaimana berada di ketinggian menjorok sedikit ke lembah Melangit.

Papan penunjuk ke Anjungan Melangit
Papan penunjuk ke Anjungan Melangit

Mobil tidak bisa masuk sampai ke lokasi, jadi kami harus parkir di tepi jalan, tapi sudah disediakan tempat parkir lho, bukan yang bener-bener parkir ditepi jalan. Setelah mangambil tas yang berisi ransum (maklum kami adalah orang yang cepat lapar, hhehehhe) berjalan kami menapaki jalan yang masih tanah dengan tanaman bunga dikanan kiri jalan. Bunganya cantik di tepi jalan, tapi sayang kami tidak cantik, kami tjakep #soktjakep .

Lokasi parkir mobil yang berada ditepi jalan
Lokasi parkir mobil yang berada ditepi jalan
Parkir motor dipersilahkan ke dalam
Parkir motor dipersilahkan ke dalam
Tanaman berwarna merah di tepi jalan masuk
Tanaman berwarna merah di tepi jalan masuk
Bunga berwarna merah di sepanjang jalan masuk
Bunga berwarna merah di sepanjang jalan masuk

Ayo-ayo kita keluarkan dompet, kita harus membayar tiket masuk, tidak mahal kok. Tidak semahal satu cangkir kopi di gerai kopi kekinian itu. Nah disebelah loket tiket terdapat tempat parkir yang diperuntukkan untuk sepeda motor. Kalau sudah hari libur ataupun akhir minggu, tempat parkir motor dijamin penuh. Anjungan Melangit sendiri mulai dibuka jam 8 pagi sampai jam 5 sore.

Tiket masuk menuju Anjungan Melangit
Tiket masuk menuju Anjungan Melangit
Parkiran Ajungan Melangit yang penuh sesak
Parkiran Ajungan Melangit yang penuh sesak
Peraturan-peraturan serta jam buka Anjungan Melangit
Peraturan-peraturan serta jam buka Anjungan Melangit

Melangkah melalui jalan yang ditutup dengan bebatuan yang kecil , Nampak ayunan disebelah kiri dan dibagian kebun yang masih dalam tahap pengembangan. Disediakan juga tempat duduk dan meja dari kayu ditepian lembah yang dilengkapi juga dengan pagar pengaman. Nampak juga bangunan bertingkat dua dengan bangunan warung disebelahnya. Kalau ransum cemilannya habis, kita bisa langsung beli disana. Mereka juga menjual tipat cantok dan rujak. Di dalam bangunan yang bertingkat dua tersedia tempat duduk untuk kita bersantai ataupun untuk menaruh barang bawaan kita. Untuk naik ke tingkat dua bisa menggunakan tangga, namun pengunjung dibatasi untuk naik ketingkat dua. Dibatasi hanya 10 orang saja. Dari lantai dua kita bisa menikmati kehijauan lembah Melangit. Walaupun masih lebih seru untuk melihat dari ujung anjungan.

Ayunan ditaman yang sedang dipakai oleh anak-anak kecil
Ayunan ditaman yang sedang dipakai oleh anak-anak kecil
Tempat duduk dari kayu ditepian lembah Melangit
Tempat duduk dari kayu ditepian lembah Melangit
Putu Eka Jalan Jalan sedng duduk di meja kayu di tepian lembah Melangit
Putu Eka Jalan Jalan sedng duduk di meja kayu di tepian lembah Melangit
Bangunan berlantai dua yang biasa disebut posko
Bangunan berlantai dua yang biasa disebut posko
Tangga menuju ke lantai dua posko
Tangga menuju ke lantai dua posko
Papan peringatan soal kapasitas anjungan dan posko
Papan peringatan soal kapasitas anjungan dan posko
Putu Eka Jalan Jalan sedang berada di lantai dua posko
Putu Eka Jalan Jalan sedang berada di lantai dua posko

Anjungan Tukad Melangit terdiri dari 2 anjungan. Anjungan yang lebih luas dan anjungan yang lebih sempit serta berposisi sedikit lebih tinggi. Anjungan-anjungan dibangun diketinggian lembah menjorok kearah keindahan hijau dari Lembah Melangit yang memanjakan mata. Bisa dilihat betapa dalamnya lembah Melangit jika kita melihat kebawah dari anjungan DIdasar lembah mengalir sungai melangit yang berkelok seperli ular yang sedang berjalan. Disarankan kesini pada pagi hari agar ketika berphoto mendapat latar belakang lembah yang kehijauan dengan langit biru yang menggoda. Jikalau datangnya pada siang menjelang sore, maka matahari akan berada diarah depan anjungan sehingga terjadi backlight ketika mengambil photo. Jadilah langit akan menjadi putih. Ngomongin mengambil photo, tentu tidak lepas dari upload photo ke sosial media, pastikan quota mencukupi ya dikarenakan di Anjungan Tukad Melangit tidak tersedia wifi. Ndak seru kan dapet photo bagus tetapi uploadnya mesti nungguin wifi. hahahahha.

Nah kita coba melangkahkan kaki ke anjungan yang lebih lebar dulu. Anjungan rangkanya terbuat dari beton bertulang, akan tetapi lantainya terbuat dari kayu serta pagar pengaman yang terbuat dari bambu dengan diikat menggunakan tali ijuk. Pengelola membuat kebijakan dengan membatasi orang yang naik ke anjungan maksimal 5 orang untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan. Melangkahkan kaki diantara lantai kayu itu terasa gamang bagi kami, berasa mau jatuh serta takut tertiup angina. Padahal berat badan itu sudah hampir mencapai 3 digit lho, sudah bukan berat badan yang ringan kayak bulu lagi. Di anjungan juga ada kertas peringatan yang tertempel agar tidak duduk ataupun naik ke pagar pembatas

Rangka beton dari anjungan yang lebih lebar
Rangka beton dari anjungan yang lebih lebar
Putu Eka Jalan Jalan berada di Anjungan Tukad Melangit yang lebih lebar
Putu Eka Jalan Jalan berada di Anjungan Tukad Melangit yang lebih lebar
Putu Eka Jalan Jalan memandang kearah hijaunya Lembah Melangit
Putu Eka Jalan Jalan memandang kearah hijaunya Lembah Melangit
Kertas peringatan agar tidak naik atau duduk di pagar pembatas
Kertas peringatan agar tidak naik atau duduk di pagar pembatas

Berpindah ke anjungan yang lebih kecil, disini tergabung dengan semacam bangunan yang bisa dikatakan balai pandang, jadi ada atapnya. Anjungan yang lebih kecil sekarang menggunakan rangka baja, jadi berasa lebih kokoh. Namun lantai tetap dari kayu. Sedangkan pagar pengaman menggunakan baja yang dibalut dengan bilah dari bambu yang menyamarkan baja tersebut. Walaupun tahu kalau rangka anjungan dari baja, tetap saja kaki ini agak gemetaran untuk melangkah diatas anjungan. Serasa udah berumur 100 tahun saja… hahahahha….

Anjungan yang lebih sempit dengan gardu pandang
Anjungan yang lebih sempit dengan gardu pandang
Rangka anjungan yang lebih sempit yang terbuat dari baja
Rangka anjungan yang lebih sempit yang terbuat dari baja
Putu Eka Jalan Jalan berbaring di anjungan yang lebih sempit
Putu Eka Jalan Jalan berbaring di anjungan yang lebih sempit
Putu Eka Jalan Jalan duduk di pagar pengaman Anjungan Melangit
Putu Eka Jalan Jalan duduk di pagar pengaman Anjungan Melangit
Pemandangan hijau yang keren dari Anjungan Tukad Melangit
Pemandangan hijau yang keren dari Anjungan Tukad Melangit

Berdasarkan ngobrol santai dengan penjaga loket tiket, Anjungan Tukad Melangit ini mempunyai cerita unik dibalik berdirinya anjungan ini. Semua berawal dari para pemuda banjar sekitar yang duduk-duduk minum sambil ngobrol ngalor ngidul ditepi jalan dikarenakan minumnya sarana hiburan didaerah Antugan. Lama-lama kelamaan mereka risih karena dipandangin sama orang-orang yang lalu lalang, bergeserlah mereka kedalam ladang ditepian jurang. Disana mereka bisa bebas untuk minum, ngobrol ngalur-ngidul dan berbicara dengan suara yang keras. Lama-kelamaan makin banyak teman-teman pemuda yang ikut berkumpul disana serta berphoto dengan latar belakang lembah kehijauan lalu diupload ke media social. Mulailah lembah kehijauan ini menjadi viral di Facebook dan Instagram. Karena itulah, sang penggagas Bapak Wayan Lendra mulai membangun Anjungan Tukad Melangit sehingga pengunjung menjadi lebih mudah untuk menikmati keindahan dan ketenangan Lembah Melangit. Disisi lain, dengan dibangunnya anjungan, para pemuda juga berubah kea rah lebih baik dengan berhenti minum dan membantu mengelola anjungan.

Ternyata dibalik keindahan Anjungan Tukad Melangit, ternyata ada nilai-nilai kebaikan yang perlu kita kembangkan juga ditempat lain. Mari kita kembangkan objek pariwisata yang berbasis nilai-nilai kebaikan.

65 Comments

  1. Edaassss Gue yg ngeliat fotonya kok gemeteran ya hahahha. Tapi ini tempatnya bagus bgt Di foto, foto2 ya juga kece *Salfok 😂. Etapi sendirian ke tempat ini recommended gak sih Mas ?, Takutnya garing kalau sepi disana hahahah

  2. Wuiiih … keren niiih ketinggiannya .. 😁👍
    Awalnya pasti kaki kerasa lemas duluan sebelum melanjutkan melangkah .. tapi setelah berhasil berdiri ditengahnya .. mantaaap

  3. Parkirannya itu lo, kenapa tidak dikelola dengan baik, biar yang punya kendaraan itu merasa nyaman titip kendaraannya. Saya lihat papan petunjuknya saja sudah gemetaran ,apalagi sampai tujuan aduh bisa pingsan duluan.

  4. asli gila keren
    ini pedesaan khas Bali terasa banget
    apalagi banyak anjungan yang kece badai dan dipotret dengan pose yang aduhai
    harus ke sini deh kalau ke Bali

  5. berari dibangun swadaya oleh masyarakat sekitar ya, alami banget viewnya itu, bolehlah kalo ntar punya waktu lama dibali mampir kesini

  6. Ya ampuunn, bukan destinasi favorit saya deh, saya takut banget sama yang namanya jurang dan semacammya.
    Liat foto ini saja lutut jadi gemetaran sendiri :’)

  7. xxixixi fotonya kok bisa terbang melayang gtu si kang? keyen abis,, coba bumil foto kaya gtu udah sakit perut dluan wkwkkww… btw harga tiketnya murah yaaa.. ditambah viewnya yang biikin ngiler pengen kesana

  8. Ngikik saya di bagian gas yang tak diundang itu 😁. Selebihnya, setuju banget sama nama Melangit-nya. Bener ya itu artinya ke langit gitu?

    Btw, bisa foto sambil tiduran segala. Masih sepikah saat itu?

    1. Hahahahaha momen gas itu bener bener bikin drop, merusak ketenangan dipagi hari.

      Ndak sepi sepi banget sich mbak, saya usirin dulu semua biar bebas photonya. #dikeplak orang sekampung

  9. Satu hal yang kulihat di sini adalah jalnnya masih tanah, dan kalau musim hujan jauh lebih banyak perjuangannya. Kok nggak ramai ya, kalau di Jogja sudah membludak biasanya heehhheheh

  10. Anjungan Tukad Melangit HTM nya murce ya. Oooh jadi kalau mau naik ke lantai 2 mesti diatur jumlah orangnya ya hehe… Sukaaa banget sama foto mas yang berani pose di ujung ituuuu loh wkwkwkwk.. Keren!

  11. fokus sama foto dengan caption “Kertas peringatan agar tidak naik atau duduk di pagar pembatas” dan foto pertama…hahaha

    btw salam kenal bli Putu 🙂

  12. sangat menegangkan ya kayaknya kalau kesana, apalagi saya yang kalau melihat dari ketinggian rasanya was-was….tapi kadang juga penasaran hehehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *