Djaja Laklak Pancasari atau Jaja Laklak Pancasari dengan rasa yang lezat dibuat dengan kayu bakar dan tempat makannya yang didominasi dari kayu membuatnya unik.
Nah pasti ada yang bertanya-tanya nich, apakah itu Laklak? Laklak itu jajanan mirip serabi dengan ukurannya yang kecil, Makanan tersebut terbuat dari tepung beras, air panas, santan panas, air daun suji, garam, kelapa parut, serta saus gula merah yang terbuat dari gula merah yang dicairkan.
Djaja Laklak Pancasari ini Putu Eka Jalan Jalan ini kami kunjungi setelah duduk manis di Warung D’bishe. Jalanan terus mendaki karena Pancasari merupakan daerah yang berada cukup tinggi dari permukaan laut, ndak setinggi muka sombongmu sich. Kalau kita bertolak dari Denpasar sich sekitar 1,5 jam baru bisa sampai di Pancasari. Bisalah sambil nyender manja ke bidadari di dalam mobil. Ndak boleh ngiri ya kawan buaya konyol. Hehehehe… Ya sekalian maen ke Danau Beratan, bisa juga maen ke Danau Tamblingan. Satu arah gitu, searah kearah hatinya bidadari. Wekekeke….
Berlokasi di ketinggian Jalan Denpasar Singaraja, tepatnya di Pancasari Sukasada Kabupaten Buleleng, sekitar 100 meter sebelum gerbang Bali Handara yang viral. Bisa lah sambil nunggu antrian yang mengular di gerbang Handara, kita melipir dulu kesini. Suhu udara yang sejuk siap menemani kita makan Djaja Laklak Pancasari.
Tampilan depannya eye-catching banget, warna kuning dengan papan nama Djaja Laklak Pancasari. Gaya kiosnya sich industrialis gitu dengan penggunaan bahan metal untuk kiosnya. Walaupun begitu, untuk memasak Laklaknya masih pakai kayu bakar lho.
Awalnya karena perut lapar, pengen makan pisang goreng dengan pemandangan yang aduhai di Wanagiri, eh sambil lewat, warna kuningnya menyergap mata dan melihat papan namanya, langsung kita memutar balik dan berhenti sambil bertanya berapa harga per porsi. Harganya ternyata tidak mahal, 5 ribu saja untuk satu porsi yang berisi 5 buah Laklak
Serunya Djaja Laklak ini kita bisa melihat mereka membuat dan memasak nya. Dari proses mengupas kelapa, memarut kelapa, dilanjutkan dengan mencampurkan tepung beras dengan air panas dan daun suji untuk menghasilkan laklak yang berwarna hijau.
Untuk memasaknya mereka menggunakan cetakan dari besi yang diletakkan diatas tunggu dan menggunakan kayu bakar dengan tutupnya yang berbentuk kerucut seperti …. “anu”. Adonan pun dituang ke cetakan yang sudah dibersihkan sebelumnya kemudia ditutup dengan tutupnya. Tidak lupa apinya dijaga dengan memasukkan lebih banyak kayu bakar dan dikipas-kipas.
Tidak berapa lama, Djaja Laklak Pancasari pun matang. Diambil dengan menggunakan sendok untuk diletakkan di nampan yang sudah dialasi kertas Sudah terbayang kan gimana Laklak mengepul baru matang dengan aroma wangi dan aroma asap bakaran dari kayu bakarnya. Nah untuk ke konsumen, Laklak akan disajikan dalam sebuah piring plastik dialasi kertas minyak, disusun 4 buah berbentuk persegi dan satu buah ditaruh diatas 4 buah Laklak tersebut. Tidak lupa ditaburi parusan kelapa dan saus gula merahnya. Duhhhhh bikin ngilerrrr…..
Rasa gurih dan empuk serta manisnya gula merah bercampur di dalam mulut ketika menggigit satu buah Djaja Laklak Pancasari ini. Menghabiskan kelima laklak itu masalah yang gampang banget dilakukan. Memakan dua porsi pun bukan masalah yang sulit bagi gerombolan kelas berat seperti para buaya konyol. Hahahha….
Nah awalnya sich kita berfikir tidak ada tempat seperti meja untuk menyantap Laklaknya, penjualnya pun mengira kita membeli untuk dibungkus. Ternyata ada tempat makannya dibelakang, itupun baru kita ketahui setelah bertanya letak toilet.
Tempat makannya unik banget lho. Nampah photo seorang nenek mencakupkan tangan didepan dada sambil tersenyum serasa menyambut kita. Dindingnya terbuat dari potongan batang kayu yang dibuat berjajar, dimana beberapa bagian nampak tanaman merambat menambah kesan alaminya. Rangka atap terbuat dari bambu, sedangkan atapnya dari semacam plastik bening yang dilapisi paranet, jadi cahaya matahari tetep masih bisa masuk ke dalam tempat makan.
Meja dan kursi pun terbuat dari kayu, sedangkan bagian bawahnya sudah disemen dan jalur berjalannya dari baru-batu kecil yang bersuara ketika kita melangkah diatasnya. Sendok makan pun disediakan diatas meja bagi yang tidak mau memakai jari untuk makan Laklaknya. Yang menarik juga adalah tudung lampu yang terbuat dari kukusan yang dipakai untuk menanak nasi secara tradisional. Tempat cuci tangan pun disediakan disana, ditengah ruang makan. Di tembok juga dipajang sependa onthel yang tuaaa banget, sepertinya jauh-jauh lebih tua sepedanya dibandingkan umur kita.
Sesudah menyantap dua porsi Laklak Pancasari, segelas kopi Bali hangat, tenaga buat jalan-jalan sudah ada kembali kan? Kapan kita kemana?
Bahan-bahannya adalah tepung beras, air panas, santan panas, air daun suji, garam
Presiden AMerika Serikat ke 44 yaitu Barack Obama
Astaga …, Barack Obama saja sampai kesengsem sama Djaja Laklak!, berarti jajanan ini memang enak banget …
Dari awal lihat fotonya aku sudah kepincut sama bentuk wadah kerucutnya .., unik gitu kesannya.
Sayangnya, kok cuma ada di Bali ya …, jadi aku belum bisa ngerasain rasanya.
Emang enak banget laklak ini kak, sekali nyoba bakalan ketagihan terus kak.
Wadah kerucutnya menarik seperti apa ya kak? wekekekeke
Kalau Laklak di Bali saja memang kaka, cuma di tempat lain yang mirip dengan ukuran yang lebih besar sich serabi kak
dilihat sekilas waktu penyajiannya dengan parutan kelapa dan gula merah mirip kayak Lupis
aku penasaran sama rasanya, namanya aja juga baru kenal
Rasanya sich sebenarnya berbeda kalau sama Lupis kak, lebih mirip sama serabi rasanya kak